Minggu, 15 Desember 2013

Ibu Cerdas, Balita Sehat


Karya : Marisa Gita Putri  
Pada suatu hari di sebuah perkampungan bernama Kecamatan Suka Maju tinggalah beberapa keluarga kecil. Diantaranya ada Pak Sabar dan istrinya bernama Bu Welas. Sepasang suami istri tersebut dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Amir. Amir ini masih  berusia 3 tahun. Keluarga ini terkenal dengan keluarga yang ramah dan baik sekali. Namun disisi lain, tinggalah  sebuah keluarga yang memiliki perbedaan sifat dengan keluarga Pak Sabar, keluarga tersebut adalah keluarga Pak Subur dan istrinya bernama Bu Denok. Pak Subur dan Bu Denok juga memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Bobi. Bobi juga anak balita yang berusia sebaya dengan Amir.
Bobi merupakan balita yang memiliki kebiasaan pola makan yang buruk. Bu Denok yang sering memanjakan Bobi, suka membelikan makanan apa saja termasuk makanan-makanan yang tergolong tak sehat yaitu junkfood. Memang di dalam kampung itu cuma keluarga Pak Subur yang terlihat paling mampu, mereka sering terlihat memamerkan barang-barang atau makanan yang terlihat mahal itu kepada warga. Dan bahkan Bobi sendiri yang masih kecil itu selalu bisa membuat iri para teman sebayanya dengan keadaannya yang selalu bisa makan enak. Bagi anak kecil seusia mereka, seringkali makanan yang menjadi favorit adalah makanan junkfood. Dari sinilah, keluarga ini terkenal di kampungnya sebagai keluarga yang congkak dan kurang disenangi oleh warga-warga di kampung Suka Maju tersebut.
Suka Maju adalah perkampungan yang sangat memperhatikan dan memajukan berbagai program yang dibutuhkan oleh sebuah keluarga. Termasuk diantaranya program kesehatan bagi anak. Kampung Suka Maju sangat memajukan Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut Posyandu. Kampung tersebut mewajibkan para ibu  yang memiliki balita untuk datang rutin ke Posyandu.
***
Suatu ketika datanglah sebuah hari dimana para ibu wajib membawa anak balitanya untuk ke Posyandu. Bu Denok hendak mengajak Bu Welas untuk berangkat bersama menuju Posyandu. Di tengah perjalanan menuju Posyandu ada seorang ibu yang berteriak “Eh, Bu Denok, Bu Welas coba deh lihat anak-anaknya, mereka jalan kok kayak angka sepuluh (10).” Dengan nada menyindir. Yang dimaksud dari angka 10 adalah angka 1 yang menunjukkan postur tubuh si Amir dan angka 0 yang menunjukkan postur tubuh si Bobi. Bu Denok seketika langsung menjawab “He Bu Emi jelaslah anakku si Bobi itu yang terlihat sehat, anakku gendut, lucu, gemesin lho yaaaa.” Bu Denok terlihat sekali memamerkan anaknya, Bu Welas yang berjalan disebelahnya hanya terdiam dan melayangkan senyum setelah itu.
Setiba di Posyandu ibu-ibu diharapkan berkumpul terlebih dahulu di halaman untuk mendengarkan pengarahan dari Kepala Posyandu. Kepala Posyandu menghimbau agar ibu-ibu memperhatikan dengan benar tumbuh kembang anak-anaknya, termasuk gizi yang dibutuhkan oleh anak balita. Banyak pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Posyandu kepada para balita diantaranya imunisasi, memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat, memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui, serta memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun, dan lain sebagainya.
Kegiatan di Posyandu pada hari itu terlebih dahulu dilakukan penimbangan berat badan selanjutnya imunisasi polio. Pada saat giliran penimbangan berat badan, Bu Denok selalu saja memperlihatkan gayanya yang sok dan merasa serba tahu. Ketika Bu Welas menimbangkan si Amir beratnya tercatat pas, hampir dibawah kurang baik.
Selesai dari penimbangan akan dilakukan evaluasi hasil dari penimbangan tersebut, belum tenaga kesehatan memulai pembicaraan, Bu Denok tiba-tiba bersaut “Ah pasti ini termasuk tidak normal ya bu? Udah saya bilangin diperbaiki gizinya si Amir, kasih makanan yang daging-daging, jangan tahu tempe saja.”
“Ibu Denok salah, Amir ini masih normal,” kata tenaga kesehatan yang bernama Siwi.
“Sudah tidak apa-apa bu.. memang kenyataannya begitu, saya ini orang susah, saya hanya mampu memberi kebutuhan anak dengan keadaan yang seadanya.”
“Ibu Welas yang sabar ya..” kata Mbak Siwi dengan suara lirih mendekat ke telinga bu Welas. Bu Welas hanya mengangguk dan melempar senyum.
Setelah itu giliran Bobi untuk ditimbang. Dengan kagetnya Mbak Siwi berkata “Astaga Bu Denok.. tambah bulan Bobi semakin gendut sekali, ibu jangan dibiarkan gendut begitu, bahaya..., coba lihat berat Bobi 25 kg. Padahal seusia itu beratnya seharusnya berkisar 14-16 kg. Waduh tidak wajar ini bu.”
“Tidak wajar gimana mbak? Anak gendut itu lucu lho mbak. Saya itu selalu berusaha agar Bobi gizinya terpenuhi dan saya gak akan mau mengurangi porsi makan Bobi,” kata Bu Denok.
“Iya ibu benar gizi anak harus terpenuhi, namun ini berlebihan bu.”
“Bobi itu tidak mau kalo tidak makan daging-dagingan. Dan saya harus memenuhi itu. Susunya juga saya beri dengan susu yang harganya mahal,” kata Bu Denok dengan menggebu-gebu.
“Tapi itu tidak baik bu. Anak ini bisa terkena obesitas usia dini dan beresiko besar saat dia besar nanti.”
“Ah ya ndak mungkin,orang gendut itu sehat kok.”
Akhirnya perdebatan panjang itupun diakhiri dengan Mbak Siwi yang melontarkan kata terserah pada Bu Denok karena sudah kewalahan.
***
3 Bulan kemudian....
Di suatu pagi yang cerah dengan matahari yang sedang menampakkan cahayanya dari arah timur, aroma suasana pagi pun begitu terasa. Terdengar suara tukang sayur yang sedang menjajakan dagangannya.”Sayur! sayur!” suara lantang dari tukang sayur.
“Sayur.. beli sayur Mang,” kata Bu Welas.
“Oya Bu Welas..”
“Mang beli bayam, tahu, tempe,” kata Bu Welas.
“Wah Bu Welas, Amir suka sayur ya?” celoteh Bu Emi yang tiba-tiba datang menghampiri Tukang sayur.
“Iya Alhamdulillah suka sekali bu,” kata Bu Welas dengan senyum.
 “Bersyukur ya bu anaknya mau makan sayur,” salut Bu Emi.
Tiba-tiba dari belakang Bu Denok dengan nada agak keras berteriak “Mang.. aku beli daging lho! Harus ada ya..”
“Waduh Bu De.. dagingnya lagi kosong, harga daging sekarang melonjak sekali,” kata Tukang Sayur.
“Lho gimana to Mang kan anakku cuma suka daging, sayur gak suka, tahu tempe mana ada gizinya!”
“Masya Allah..” Bu Emi dan Tukang Sayur pun menggelengkan kepala dengan heran.
“Bu Denok, biasakan  Bobi untuk makan sayur, sayur itu banyak mengandung vitamin dan mineral, kaya akan serat bu. Penting bagi tubuh anak-anak kita. Tahu tempe juga mengandung protein. Makan daging boleh sekali bu, tapi jangan berlebihan seperti itu. Berlebihan itu tidak baik bu, lebih baik sesuai porsi seusia anak kita,” kata Bu Welas dengan lembut menasehati.
Lalu “Iya Bu Denok, apalagi Bobi sudah terlampau gendut sekali itu. Kasihan saya melihatnya nafasnya seperti terengah-terengah.”
Bu Denok pun tetap tidak mau menghiraukan obrolan ibu-ibu dan langsung membalikkan badan.
***
Keesokan harinya, pada siang hari terdengar suara heboh dari rumah Bu Denok.
“Pak, ada apa ya di rumah Bu Denok, kok kelihatannya ramai,” kata Bu Welas sambil menengok keluar pintu rumahnya.
“Entahlah bu, coba kita kesana.” kata Pak Sabar yang langsung bergegas ke rumah Bu Denok.
Di dalam rumah Bu Denok...
“Astaga.. Bobi kenapa ini bu?” Sahut Bu Welas dengan cemas.
“Saya melihat Bobi sudah seperti ini ketika dia selesai makan junkfood” tutur Pak Subur dengan panik.
Terlihat nafas Bobi terengah-engah dan tidak bisa berkata-kata apapun.
“Bu Welas saya takut Bobi ini kenapa-kenapa L” dengan menahan isak tangis.
“Ayo cepat kita bawa Bobi ke rumah sakit bu.”
***
Di rumah sakit..
“Dok bagaimana kondisi anak saya?” tanya Pak Subur dengan cemas.
“Ibu, anak anda terkena obesitas dini dan karena saking kegemukannya pada waktu-waktu tertentu dia akan terkena asma bronkhiale atau sesak nafas yang merupakan kelainan sistem pernapasan yang ditandai dengan penyempitan pada saluran napas. Untung saja keadaan ini hanya bersifat sementara dan masih bisa teratasi. Seharusnya ketika anak ibu ke Posyandu sudah mendapatkan peringatan untuk mengurangi konsumsi makanan lemak berlebih dan harus diimbangi dengan makan sayuran,” kata Dokter.
 “Iya dok, sudah diperingatkan dan saya pun menyesal telah menghiraukannya,” sahut Bu Denok dengan menyesal.
Bu Denok pun akhirnya menyesal dengan keadaan tersebut. Sebagai ibu yang baik seharusnya memperhatikan betul kesehatan anaknya. Terutama pada balita gizinya harus terpenuhi dan apabila berlebihan pun juga tidak baik. Jangan terlalu sering anak diperkenalkan dengan junkfood.
***
1 Bulan kemudian...
Bu Denok beserta keluarga datang ke rumah keluarga Pak Sabar dengan maksud bertamu dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya yang telah berbaik hati dengan keluarganya. Dan karena Bu Welas lah akhirnya Bu Denok sadar akan tindakan memanjakan anak itu salah.

Kini Bu Denok lebih aktif dalam kegiatannya mengikuti program-program yang diadakan oleh Posyandu. Dan bersama-sama Bu Welas, kedua ibu itu pun menjadi volunteer penyuluh di Posyandu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar